Demikianlah bayi yang dihantar ke kawasan pedalaman tidak disusui oleh ibu kandungnya. Namun, bayi tersebut akan disusui oleh perempuan lain. Begitu pula dengan Muhammad. Muhammad akhirnya disusui oleh Halimah as-Sa'diyah seorang wanita dalam kalangan Bani Sa'ad. Halimah as-Sa'diyah merupakan perempuan desa yang keadaan desanya pada waktu itu dilanda kekeringan. Saat desanya kesusahan itulah, Halimah pergi ke Makkah untuk mencari bayi yang dapat disusuinya. Harapan Halimah waktu itu adalah menemukan bayi daripada anak orang kaya yang akan memberikan upah yang banyak.
Setelah mencari ke sana ke mari, Halimah tidak menemukan bayi dalam kalangan orang kaya. Halimah akhirnya menemukan bayi Muhammad. Waktu itu Halimah ragu untuk menyusui Muhammad kerana Muhammad bukanlah anak orang kaya. Bahkan, Muhammad adalah anak yatim. Walaupun datuknya adalah termasuk pemimpin suku Quraisy, namun datuknya tidak mempunyai harta yang melimpah.
Namun, saat menerima bayi Muhammad terjadilah suatu keajaiban. Air susu Halimah yang pada saat itu hampir kering akhirnya penuh dan mengalir dengan deras. Halimah pun akhirnya menerima Muhammad untuk disusuinya. Keajaiban pun berterusan dan tidak berhenti disitu. Saat Halimah akan kembali ke Bani Sa'ad, Halimah mendekati untanya untuk dinaiki. Unta yang pada saat itu terlihat lemah dan tidak bertenaga seketika itu pula menjadi unta yang kuat dan bertenaga. Saat tiba di desanya, keajaiban pun kembali hadir. Desanya yang sudah lama tidak dituruni hujan akhirnya mendapat hujan. Haiwan-haiwan ternakan menjadi gemuk dan sihat.
Bayi Muhammad disusukan oleh Halimah selama dua tahun. Setelah dua tahun, Halimah pun mengembalikan Muhammad kepada ibu kandungnya, Aminah. Dengan berat hati, Halimah mengembalikan Muhammad bahkan Halimah meminta untuk dapat mengurus Muhammad satu tahun lagi. Namun kerana melihat ketulusan dan air mata Halimah, akhirnya Aminah mengabulkan permintaan Halimah. Aminah meminta Halimah untuk mengembalikan Muhammad pada tahun berikutnya.
Pada suatu hari, Muhammad bermain dengan putera Halimah yang merupakan saudara susuannya. Saat bermain, tiba-tiba putera Halimah pulang dalam keadaan ketakutan. Putera Halimah pun menceritakan perihal yang terjadi. Putera Halimah menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang mendatangi Muhammad. Dua orang itu kemudian membaringkan Muhammad dan membelah dadanya. Halimah kemudian bercerita kepada suaminya. Suaminya pun terus mencari Muhammad. Muhammad akhirnya ditemui dalam keadaan sihat walafiat. Muhammad pun menceritakan apa yang telah terjadi. Muhammad menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang membelah dadanya dan mengambil sesuatu dari hatinya kemudian mengembalikannya lagi. Peristiwa tersebut tercacat dalam sejarah dan dikenali dengan "peristiwa pembelahan dada" . Kedua-dua lelaki yang membelah dada Muhammad itu adalah malaikat. Malaikat itu mengeluarkan bahagian dari hati manusia yang biasa dihuni oleh syaitan.
Ketika usianya yang masih muda belia, semangat kerja keras dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusianya bermain dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat membanggakan pamannya dan orang-orang di sekitarnya. Muhammad pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya. Suatu saat diceritakan ketika sedang menggembala kambing, Muhammad mendengar suara hiburan. Beliaupun meminta teman sesama penggembala untuk menjaga ternaknya, sedangkan beliau hendak melihat tempat suara itu. Ternyata, suara hiburan itu berasal dari perta pernikahan. Saat beliau hendak memasuki tempat itu, rasa kantuk yang amat sangat menghinggapinya sehingga beliau tertidur. Allah telah menjaga Muhammad untuk tidak menyaksikan hiburan. Saat terbangun, hiburan itu telah berakhir dan beliau pun kembali ke ternaknya.
Selain membantu Abu Thalib, Muhammad pun sering membantu yang lainnya. Muhammad suatu hari pernah membantu pamannya Abbas untuk memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka'bah. Pamannya waktu itu meminta Muhammad untuk meletakkan sarungnya di pundak agar tidak menghalangi langkah bekerjanya. Namun, Muhammad tidak melakukannya. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang dapat melihat auratnya. Suatu saat Abu Thalib hendak berdagang ke negeri Syam beserta rombongan yang lainnya. Abu Thalib tak kuasa meninggalkan Muhammad. Kemudian, Muhammad pun diajaknya membantu berdagang ke negeri Syam. Selama di perjalanan, keajaiban pun selalu mengikuti para rombongan dagang. Awan selalu menaungi Muhammad ke mana pun Muhammad berjalan. Dengan demikian, Muhammad tidak merasakan panasnya matahari.
Bahira kemudian bertanya kepada Abu Thalib. "Siapakah dia?"
Abu Thalib menjawab, "Dia anakku".
"Bukan, dia bukan anakmu, orang tuanya pastilah telah meninggal", kata Bahira.
"Memang benar, ayahnya telah meninggal ketika dia dalam kandungan. Selanjutnya, ibunya juga meninggal dunia," jelas Abu Thalib.
Bahira kembali berkata "Sebaiknya kamu bawa kembali anak ini ke negerimu. Jagalah baik-baik dan waspadalah terhadap orang Yahudi. Sebab, jika orang Yahudi tahu, mereka akan membunuhnya". Abu Thalib pun membawa Muhammad pulang kembali ke Mekah dan menjaganya lebih hati-hati lagi. Abu Thalib yakin bahwa Muhammad mempunyai kelebihan daripada manusia yang lainnya.