Sejarah Warna Warni Kehidupan

Permulaan hidup kita di dunia ibarat kertas putih. Perjalanan hidup kita adalah setitik demi setitik warna yang diukir untuk mencorakkan natijah kehidupan kita.

Pertembungan Antara Hak dengan Batil.

Sejarah membuktikan orang Islam telah berjaya membangunkan tamadun Islam dan terdapat usaha golongan kafir untuk menjatuhkan Islam. Namun, kemenangan berpihak pada Islam.

Hiburan Dari Sudut Islam

Islam tidak melarang umatnya untuk berhibur. Terdapat garis panduan yang telah ditetapkan antaranya kita tidak leka dan lalai untuk menunaikan kewajipan seperti solat dan lain-lain.

Tranformasi Menurut Islam

Hukum Islam sangat sesuai sepanjang zaman apatahlagi kita sekarang menghadapi zaman transformasi. Modus Operandi kita adalah mengembalikan kegemilangan Islam.

Peranan Kefahaman Sejarah Melalui Teknologi

Kebanyakan media dan teknologi dikuasai oleh musuh-musuh Allah untuk menghancurkan Islam. Kuasailah teknologi walaupun sedikit antaranya penghayatan terhadap sejarah Islam.

Tuesday 6 September 2016

Kisah Nabi Muhammad Ketika Kecil

Nabi Muhammad dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah kerana pada saat itu Mekah diserang oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah al-Habasyi. Tujuan penyerangan pasukan gajah Abrahah adalah untuk menghancurkan Ka'bah. Pada saat itu kaum Quraisy tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawan pasukan Abrahah. Kaum Quraisy adalah suku yang paling banyak mendiami kota Makkah.

Pasukan Gajah
Namun di atas kebesaran Allah, Kaabah tetap utuh dan tidak dapat dihancurkan oleh Abrahah. Allah menurunkan burung ababil dari langit untuk menghancurkan pasukan gajah itu. Burung ababil tersebut melemparkan batu-batu yang panas kepada pasukan Abrahah. Seketika itu pula pasukan Abrahah hancur dan Kaabah pun selamat. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al-Fill ayat 1 - 5.

Tidak jauh dari peristiwa penyerangan itu, ibu Nabi Muhammad yang bernama Aminah binti Wahab akan melahirkan puteranya. Pada saat melahirkannya, Aminah tidak terasa sakit seperti yang dirasakan oleh wanita lain melahirkan anaknya. Bayi itu pun lahir dengan tersenyum dan tidak menangis. Selain itu, bayi pun mengisyaratkan jarinya ke atas langit. Setelah itu, Bayi itu pun menelungkupkan mukanya seperti keadaan sujud kepada Allah. Cahaya yang menenteramkan pun hadir menyelimuti proses kelahiran bayi tersebut.

Bayi tersebut diberi nama Muhammad oleh datuknya Abdul Mutalib yang bermaksud terpuji. Sejak kelahirannya, Muhammad tidak sempat melihat ayahnya yang bernama Abdullah. Abdullah meninggal dunia saat Muhammad masih berada di dalam kandungan. Telah menjadi kebiasaan masyarakat Arab pada masa itu untuk menghantarkan bayi yang baru lahir ke kawasan pedalaman. Tujuan bayi itu dihantar ke kawasan pedalaman desa itu adalah supaya bayi itu tumbuh dalam lingkungan yang baik. Salah satunya bayi itu akan hidup dalam lingkungan yang orang-orangnya berbudi bahasa.

Demikianlah bayi yang dihantar ke kawasan pedalaman tidak disusui oleh ibu kandungnya. Namun, bayi tersebut akan disusui oleh perempuan lain. Begitu pula dengan Muhammad. Muhammad akhirnya disusui oleh Halimah as-Sa'diyah seorang wanita dalam kalangan Bani Sa'ad. Halimah as-Sa'diyah merupakan perempuan desa yang keadaan desanya pada waktu itu dilanda kekeringan. Saat desanya kesusahan itulah, Halimah pergi ke Makkah untuk mencari bayi yang dapat disusuinya. Harapan Halimah waktu itu adalah menemukan bayi daripada anak orang kaya yang akan memberikan upah yang banyak.

Setelah mencari ke sana ke mari, Halimah tidak menemukan bayi dalam kalangan orang kaya. Halimah akhirnya menemukan bayi Muhammad. Waktu itu Halimah ragu untuk menyusui Muhammad kerana Muhammad bukanlah anak orang kaya. Bahkan, Muhammad adalah anak yatim. Walaupun datuknya adalah termasuk pemimpin suku Quraisy, namun datuknya tidak mempunyai harta yang melimpah.

Namun, saat menerima bayi Muhammad terjadilah suatu keajaiban. Air susu Halimah yang pada saat itu hampir kering akhirnya penuh dan mengalir dengan deras. Halimah pun akhirnya menerima Muhammad untuk disusuinya. Keajaiban pun berterusan dan tidak berhenti disitu. Saat Halimah akan kembali ke Bani Sa'ad, Halimah mendekati untanya untuk dinaiki. Unta yang pada saat itu terlihat lemah dan tidak bertenaga seketika itu pula menjadi unta yang kuat dan bertenaga. Saat tiba di desanya, keajaiban pun kembali hadir. Desanya yang sudah lama tidak dituruni hujan akhirnya mendapat hujan. Haiwan-haiwan ternakan menjadi gemuk dan sihat.

Bayi Muhammad disusukan oleh Halimah selama dua tahun. Setelah dua tahun, Halimah pun mengembalikan Muhammad kepada ibu kandungnya, Aminah. Dengan berat hati, Halimah mengembalikan Muhammad bahkan Halimah meminta untuk dapat mengurus Muhammad satu tahun lagi. Namun kerana melihat ketulusan dan air mata Halimah, akhirnya Aminah mengabulkan permintaan Halimah. Aminah meminta Halimah untuk mengembalikan Muhammad pada tahun berikutnya.

Pada suatu hari, Muhammad bermain dengan putera Halimah yang merupakan saudara susuannya. Saat bermain, tiba-tiba putera Halimah pulang dalam keadaan ketakutan. Putera Halimah pun menceritakan perihal yang terjadi. Putera Halimah menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang mendatangi Muhammad. Dua orang itu kemudian membaringkan Muhammad dan membelah dadanya. Halimah kemudian bercerita kepada suaminya. Suaminya pun terus mencari Muhammad. Muhammad akhirnya ditemui dalam keadaan sihat walafiat. Muhammad pun menceritakan apa yang telah terjadi. Muhammad menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang membelah dadanya dan mengambil sesuatu dari hatinya kemudian mengembalikannya lagi. Peristiwa tersebut tercacat dalam sejarah dan dikenali dengan "peristiwa pembelahan dada" .  Kedua-dua lelaki  yang membelah dada Muhammad itu adalah malaikat. Malaikat itu mengeluarkan bahagian dari hati manusia yang biasa dihuni oleh syaitan.

Setelah kembali kepada ibunya, Muhammad diasuh dengan kasih sayang. Muhammad tumbuh menjadi anak yang terpuji. Perilakunya sangat berbeza dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Selain ibunya, datuknya pun sangat sayang kepada Muhammad sebagai pengganti anaknya, Abdullah. Pada suatu hari, Muhammad yang berusia 6 tahun diajak oleh ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya. Selain itu, ibunya pun hendak mengenalkan Muhammad kepada saudara-saudaranya. Perjalanan mereka ditemani oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman adalah seorang hamba perempuan. Saat perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit. Kerana sakitnya itu, Aminah akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir. Muhammad ketika kecil itu sangat sedih dan tak dapat menahan air matanya. Belum lama Muhammad merasakan kasih sayang ibunya. Kini, ibunya telah kembali ke Rahmatullah. Muhammad menjadi yatim piatu. Ummu Aiman yang pada saat itu menemani Muhammad memeluk Muhammad dan menangis.

Sesampainya di Mekah, Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya sangat menyayangi Muhammad. Kakeknya meratapi nasib Muhammad yang masih kecil sudah mengalami kepedihan yang begitu berat. Abdul Muthalib sangat mengistimewakan Muhammad. Muhammad diasuh dengan kasih sayang yang sangat besar. Namun, Muhammad tidak dapat merasakan kasih sayang kakeknya tersebut dalam waktu yang lama. Kakeknya akhirnya meninggal dunia ketika Muhammad berusia delapan tahun. Kepedihan dan kesedihan pun dirasakan kembali oleh Muhammad kecil. Sepeninggalan kakeknya, Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat mencintai Muhammad seperti anaknya yang lain, bahkan lebih. Begitu pula Fatimah, istri Abu Thalib, beliau pun sangat mencintai Muhammad.

Ketika usianya yang masih muda belia, semangat kerja keras dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusianya bermain dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat membanggakan pamannya dan orang-orang di sekitarnya. Muhammad pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya. Suatu saat diceritakan ketika sedang menggembala kambing, Muhammad mendengar suara hiburan. Beliaupun meminta teman sesama penggembala untuk menjaga ternaknya, sedangkan beliau hendak melihat tempat suara itu. Ternyata, suara hiburan itu berasal dari perta pernikahan. Saat beliau hendak memasuki tempat itu, rasa kantuk yang amat sangat menghinggapinya sehingga beliau tertidur. Allah telah menjaga Muhammad untuk tidak menyaksikan hiburan. Saat terbangun, hiburan itu telah berakhir dan beliau pun kembali ke ternaknya.

Selain membantu Abu Thalib, Muhammad pun sering membantu yang lainnya. Muhammad suatu hari pernah membantu pamannya Abbas untuk memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka'bah. Pamannya waktu itu meminta Muhammad untuk meletakkan sarungnya di pundak agar tidak menghalangi langkah bekerjanya. Namun, Muhammad tidak melakukannya. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang dapat melihat auratnya. Suatu saat Abu Thalib hendak berdagang ke negeri Syam beserta rombongan yang lainnya. Abu Thalib tak kuasa meninggalkan Muhammad. Kemudian, Muhammad pun diajaknya membantu berdagang ke negeri Syam. Selama di perjalanan, keajaiban pun selalu mengikuti para rombongan dagang. Awan selalu menaungi Muhammad ke mana pun Muhammad berjalan. Dengan demikian, Muhammad tidak merasakan panasnya matahari.

Peristiwa tersebut disaksikan oleh seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Bahira merupakan pendeta yang sangat memahami injil dan taurat. Bahira pun sangat paham akan tanda-tanda kehadiran rasul akhir zaman. Bahira kemudian mengundang para rombongan dagang tersebut untuk makan bersamanya. Setelah melihat Muhammad, Bahira mengetahui bahwa ada tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad. Kemudian, Bahira menanyakan perihal Muhammad kepada Abu Thalib.

Bahira kemudian bertanya kepada Abu Thalib. "Siapakah dia?"

Abu Thalib menjawab, "Dia anakku".

"Bukan, dia bukan anakmu, orang tuanya pastilah telah meninggal", kata Bahira.

"Memang benar, ayahnya telah meninggal ketika dia dalam kandungan. Selanjutnya, ibunya juga meninggal dunia," jelas Abu Thalib.

Bahira kembali berkata "Sebaiknya kamu bawa kembali anak ini ke negerimu. Jagalah baik-baik dan waspadalah terhadap orang Yahudi. Sebab, jika orang Yahudi tahu, mereka akan membunuhnya". Abu Thalib pun membawa Muhammad pulang kembali ke Mekah dan menjaganya lebih hati-hati lagi. Abu Thalib yakin bahwa Muhammad mempunyai kelebihan daripada manusia yang lainnya.

Monday 5 September 2016

Nabi Muhammad S.A.W di dalam Kitab Suci

Diceritakan bahawa ketika Abdul Mutalib dan bangsawan-bangsawan Quraisy lain mengunjungi Yaman untuk mengucapkan tahniah kepada Raja Saif Zu-Yazin yang baru saja menewaskan Habshah dengan bantuan Parsi, beliau dikatakan sangat mengagumi kebesaran kerajaan Yaman itu. Tetapi oleh Zu-Yazin, dinyatakannya kepada Abdul Mutalib bahawa apabila diperanakkan seorang anak lelaki dari Tihamah (Makkah), dan di antara dua belikatnya ada syamah (tahi lalat besar yang dikelilingi oleh rambut), maka ia akan menjadi pemimpin besar hingga Hari Kiamat. Di sini Zu-Yazin cuba membayangkan tanda-tanda tentang kedatangan seorang pemimpin besar dari keturunannya sendiri, yang kebetulan tanda-tanda itu secocok dengan cucunya Muhammad yang masih kecil. Ini menyebabkan Abdul Mutalib sujud kerana girang.
Cerita ini sengaja dipetik buat menunjukkan bahawa berita tentang kedatangan seorang manusia agung dari keturunan Abdul Mutalib bukannya tidak diketahui oleh bangsa Arab. Apa lagi jika diselidiki. kitab-kitab Taurat dan Injil, lebih jelaslah cerita-certta tentang Muhammad itu disebutkan. Dalam Taurat misalnya, terdapat ayat: “The Lord came from Sinai, and rose up from Seir unto them; he shined forth from Paran, and he came with 10,000 of Saints” (Book of Deutoronomy 33:2). Ayat ini dengan jelas menerangkan tentang cahaya kebenaran yang memancar dari tiga arah yang berlainan; dari Sinai, Seir dan Paran. Tentang Sinai, yang dimaksudkan ialah pengutusan Nabi Musa as. dengan kitab Tauratnya. Dan Nabi Isa as. dengan kitab Injilnya muncul dari Baitul-laham (Bethlehem). Seir adalah sebuah kota kira-kira 1.5 km dari Bethlehem yang kini dikenali sebagai ‘Bait Shair’, iaitu kota pengembala.
Ada pun tentang Paran, Taurat sendiri mengisahkan perihal Nabi Ibrahim a.s. menempatkan isterinya Hajar serta anaknya Ismail di suatu tempat yang sunyi sepi, iaitu padang pasir Paran (Genesis 21:21). Jadi, berdasarkan Taurat sendiri, Paran merupakan suatu kawasan di Hejaz, kerana di sinilah sebenarnya Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh Ibrahim a.s. Ahli-ahli geografi menegaskan bahawa Paran ialah kawasan yang terdapat di antara gunung di Makkah, iaitu Abu Qubais, Quiqaan dan Hira’. Dalam kalangan sarjana dikatakan bahawa Jabal-Nur itulah sebenarnya gunung Paran setelah datangnya Islam. Tentang 10,000 of Saints’ itu, Prof. David Benjamin Keldani (kini Abdul Ahad Daud) mengatakan bahawa ianya ditujukan kepada jumlah pengikut Muhammad s.a.w. yang menakluki Makkah pada 8 H.
Dari kitab Injil pula, kedatangan Muhammad s.a.w. telah disebut dalam ayat berikut: “For Moses truly said unto the fathers, a prophet shall the Lord your God raise up unto you of your brethren, like unto me; him shall ye hear in all things whatsoever he shall say unto you”. (Acts of Apostles 2:22). Mengenai kalimat “unto you of your brethren’, ianya bermaksud bahawa seorang Nabi yang akan diutus adalah dari kalangan saudara Israel (Yaakob), bukannya dari Bani Israel itu sendiri. Sebenamya Bani Ismaillah saudara Bani Israel tersebut, sebab Ismail adalah saudara tua dari Ishak, bapa kepada Yaakob, dan Nabi Muhammad sendiri memangnya jelas dari keturunan Bani Ismail.
Mengenai kalimat “like unto me” pula, maksudnya ialah bahawa Muhammad menyamai Musa dalam banyak hal. Antaranya:
1.                                  Muhammad dan Musa dilahirkan seperti biasa beribu-bapa, sebaliknya Isa hanya beribu sahaja bahkan diciptakan secara ajaib.
2.                                  Muhammad dan Musa sama-sama berumahtangga dan berkeluarga, sedangkan Isa tetap membujang selama hidupnya.
3.                                  Baik Musa mahupun Muhammad adalah membawa Syariat baru untuk umatnya, sedangkan Isa hanya sekadar menyambung Syariat Musa. Katanya: “Janganlah kamu sangka aku datang untuk merombak Taurat, melainkan hendak menggenapkan” (St. Mathews 5:17).
4.                                  Keturunan Musa dan Muhammad adalah jelas dan pasti; sama-sama dari keturunan Nabi Ibrahim. Sedangkan silsilah Isa pula kabur, apa lagi menurut dogma Kristian, Isa adalah anak Tuhan Bapa.
5.                                  Musa dan Muhammad wafat secara biasa, tetapi Isa menurut dogma Kristian, dibunuh di tiang salib (St. Marks 15:37).
Dengan demikian, jelaslah bahawa Nabi yang dikatakan lahir “dari kalangan saudara-saudara Musa” itu benar-benar ditujukan kepada Muhammad, bukannya Isa. Jelaslah kebenaran Muhammad sendiri sebagai utusan (Rasul) Allah S.W.T. justeru berita tentang kedatangannya telah disebut-sebut dengan jelas dalam Taurat dan Injil, meskipun umat Islam menganggap bahawa isi kandungan kitab-kitab tersebut sudah banyak berubah.
Sebab itulah ketika Muhammad dilahirkan, yang mula-mula meyakini bahawa dialah Nabi yang ditunggu-tunggu ialah kalangan pendita-pendita Nasrani dan Yahudi. Misalnya ketika Muhammad baru berusia 12 tahun, paderi Buhaira sudah pun meyakini bahawa Muhammad itulah bakal Nabi. Sebab itu dia berkata kepada Abi Talib yang datang berdagang ke Sham: “Bawalah kembali anak saudaramu ini, dan jagalah dia dari bahaya kaum Yahudi. Demi Allah, kalau mereka tahu apa yang aku tahu, nescaya mereka apa-apakannya, kerana akan terbit daripadanya urusan yang benar”. Ini menyebabkan Abi Talib bergegas pulang ke Mekah membawa Muhammad.
Dan ketika Muhammad mula-mula menerima wahyu, orang yang pertama menerimanya ialah Waraqah bin Naufal, seorang pendita Nasrani yang alim tentang kitab Injil yang pernah pula menterjemah kitab tersebut ke bahasa Arab. Dikatakan bahawa sewaktu Khadijah, menemui Waraqah, berkatalah Waraqah: “Quddus! Quddus! Demi Tuhan yang menguasai diriku, kalaulah benar katamu wahai Khadijah, maka itulah Namus al-Akbar (Jibril) yang pernah juga datang kepada Musa dulu. Nyatalah bahawa Muhammad suamimu itu adalah Nabi untuk umat ini. Katakanlah kepadanya agar ia tetap tegas”.
Demikian juga ketika Jaafar bin Abi Talib membaca surah Mariam ayat 29-33 di depan Raja Najasyi di Habshah, terkejutlah pembesar-pembesar istana sambil berkata: “Kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Jesus Christ!” Bahkan Raja Najasyi sendiri turut berkata: “Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber yang sama”.
Tentang golongan Yahudi pula, merekalah yang sebenarnya sangat menanti-nantikan kelahiran seorang Nabi baru. Misalnya ketika mereka kalah dalam pertempuran melawan bangsa Arab Yathrib, selalu benar mereka melaung-laungkan: “Sudah sampai masanya seorang Nabi akan diutus. Kami akan mengikut Nabi itu, dan dengan demikian kami akan kuat dan dapat mengalahkan kamu, seperti dalam peperangan Ad dan Iram”. Malangnya sebaik sahaja orang yang dinanti-nantikan itu datang, mereka menolaknya kerana musuh-musuh mereka lebih dahulu menyahut seruan Muhammad, ditambah pula kerana Nabi tersebut bukannya dari bangsa mereka. “Di kala datangnya apa-apa yang telah mereka ketahui itu, mereka kafir dengan dia” (Al-Baqarah: 89). Bagi orang-orang Aus dan Khazraj, pengetahuan mereka tentang Muhammad adalah dari mulut golongan Yahudi juga. Sebab itu apabila mereka diseru oleh Muhammad, mereka berkata: “Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan sampai mereka mendahului kita”.
Bagaimanapun ada juga pemuka Yahudi menyambut seruan Nabi, seperti Abdullah bin Salam misalnya yang pernah berkata: “Aku dengar darihal Nabi Muhammad dan aku kenal sifatnya, dan zamannya yang kami tunggu-tunggu. Tatkala dia sampai ke Madinah, aku bertemu dengannya, lalu aku masuk Islam, dan aku khabarkan kepada bibiku Khalidah, lalu ia masuk Islam, dan sekalian ahli rumahku pun masuk Islam”. Dan terhadap kaum Yahudi, Abdullah menyeru:”Hai kaumkul Takutlah kepada Allah dan berimanlah kepada Nabi Muhammad ini. Demi Allah, kamu sudah tahu yang ia benar pesuruh Allah, sebagaimana tersebut dalam Taurat namanya dan sifatnya”.
Sebenarnya cerita tentang kedatangan Muhammad bukannya diketahui oleh Raja Salt Zu-Yasin dan Raja Najasyi, bahkan juga oleh Heraclius, raja Rom dun Mugaugis, pembesar Rom di Mesir. Tentang Mugaugis misalnya, beliau melayan dengan baik perutusan Nabi kepadanya ketikai termeterainya Perjanjian Hudaibiah pada 6 H. Dengan mengirim berbagai-bagai hadiah, beliau mengakui yang dia percaya tentang kedatangan seorang Nabi. Cumanya dia tersasul kerana disangkanya kedatangannya ialah di Syam!


Tuesday 26 July 2016

Sejarah Arab Jahiliah : Sosial

Kedudukan wanita pada zaman ini adalah sangat rendah. Hal ini demikian kerana mereka tidak dapat mewarisi harta keluarga bahkan ada juga anak-anak perempuan yang ditanam hidup-hidup kerana bagi mereka ia akan mendapat malu besar. Selain itu, perempuan juga dijadikan tempat untuk melepaskan nafsu di mana orang lelaki boleh berkahwin tanpa had bahkan boleh diceraikan secara sesuka hati. Mengenai kehidupan berkeluarga, terdapat empat cara perkahwinan yang biasa diamalkan oleh mereka. Pertama, perkahwinan secara biasa di mana pihak wali menerima pinangan seseorang yang tertentu. Kedua, disebut kahwin mencari anak pintar iaitu si suami membenarkan isterinya digauli oleh lelaki lain yang dianggap pintar agar anaknya boleh menjadi demikian. Ketiga, beberapa orang berpakat menyetubuhi seorang wanita kemudian wanita itu akan menentukan sendiri siapa bapa anaknya. Keempat, Seorang wanita membenarkan dirinya disetubuhi oleh beberapa orang lelaki kemudian lelaki ini bermesyuarat sesama mereka tentang siapa yang akan menjadi suaminya.

Moral masyarakat Arab Jahiliah terdapat sifat positif iaitu memuliakan tetamu dan dikatakan mereka sanggup mengorbankan kepentingan mereka untuk tetamu, golongan miskin atau lemah. Misalnya apabila tengah malam, mereka akan memasang api di tempat-tempat tinggi untuk menolong pengembara yang sesat dan apabila seseorang itu meminta bantuan sesuatu kaum adalah tanggungjawab kaum tersebut untuk melindunginya. Selain itu, terdapat juga sikap pemurah, berani, setia, ramah, sederhana dan cinta akan keamanan. Namun begitu, sikap baik mereka tenggelam dengan amalan buruk iaitu berzina, minum arak terutamanya lelaki sekiranya dia minum sehingga mabuk maka dikira matang dan berjudi. Tekanan suasana telah membentuk sifat ghazw dan hamasah dalam kalangan masyarakat Badwi. Konsep ini telah merangkum dalam dasar falsafah hidup mereka: Bantulah saudaramu baik dia yang menzalimi ataupun dizalimi.

Agama pula secara majoritinya menyembah berhala sehinggakan terdapat 360 patung berhala di keliling kaabah dan antara berhala paling popular adalah Al-Latta dan Al-Uzza. Sebab-sebab mereka menyembah berhala ialah penghormatan yang berlebihan terhadap kaabah, terlalu sedih dan mengukir wajah mereka yang merupakan orang mulia serta patung yang menjadi teladan secara tiba-tibanya disembah. Terdapat juga sebahagian kecil yang berpegang pada keaslian agama Hanif iaitu ajaran Nabi Ibrahim a.s terutamanya Waraqah bin Naufal, Umaiyah bin Abi Salt, Abdullah bin Abdul Mutalib, Aminah binti Wahab dan lain-lain. Hal ini kerana agama Hanif yang dipegang oleh orang lain telah bercampur dengan adat jahiliah seperti melakukan haji dan korban disertakan juga unsur-unsur berhala. Terdapat juga penganut Yahudi, Nasrani dan Majusi. Ada juga masyarakat Arab yang menyembah matahari, malaikat, bulan dan bintang bahkan ada yang berkepercayaan animisme.

Kepercayaan pula mereka percaya kepada dewa dan dewi, hantu, roh jahat, azimat,tuah dan lain-lain yang di mana dapat memberikan kekuatan dan pendinding daripada kejahatan. Meraka juga mempercayai tukang tilik yang menentukan nasib dan mengamalkan sihir. Bukan itu sahaja, mereka mengamalkan thiyarah di mana apabila burung itu terbang ke arah kanan akan membawa petanda yang baik manakala sebaliknya ia membawa malang. Mereka mempercayai ada roh dalam ular yang dikenali sebagai Hammah maka orang Arab dilarang membunuh ular. Mereka juga mempercayai bahawa ada hantu yang bernama Ghaul iaitu hantu lelaki dan Aimir iaitu hantu perempuan yang berkeliaran di padang pasir yang mengganggu perjalanan musafir. Akhir sekali, sewaktu musim kemarau diikatkan rumput-rumput pada seekor kambing lalu dibakarnya dengan harapan bahawa hujan akan turun.

                                                                     Patung Berhala

Sejarah Arab Jahiliah - Ekonomi

Keadaan tanah Arab gersang dan tandus serta terdiri daripada padang pasir dan batu batan menyebabkan air sukar diperolehi di beberapa tempat. Sumber pendapatan dan pencarian ialah menternak binatang serta berdagang. Pada musim dingin, suhu utara iaitu Syam menjadi sejuk dan mereka menumpukan perdagangan di selatan(Yaman) kerana suhu lebih panas. Kota Makkah terletak di lokasi yang strategik bagi laluan berdagang dan dibina pula pelabuhan bagi mengurus lalu lintas perdagangan. Orang Arab telah membuka jalur perdagangan dengan India, China, Afrika, dan sebahagian Eropah sekarang dikenali sebagai Rusia, Sweden dan Denmark.

Masyarakat Arab Jahiliah telah mengamalkan perniagaan berasaskan riba’ dan penindasan. Hal ini menyebabkan wujudnya jurang antara golongan kaya dengan miskin. Sekiranya mereka gagal melunaskan hutang maka mereka dieksploitasi menjadi hamba. Bukan itu sahaja, terdapat juga mata pencarian orang Arab ketika itu iaitu mengukir patung berhala untuk dijualkan kepada orang ramai. Walau bagaimanapun, mereka yang terdesak kehidupannya maka mereka akan melakukan rampasan dan rompakan. Mereka menyerang suku-suku yang dimusuhinya serta merampas ternakan, wanita dan kanak-kanak.

Adapun bagi golongan badwi, mereka hanya bersandar kepada hasil ternakannya seperti unta, kambing, kuda atau biri-biri. Mereka memakan daging haiwan itu, mereka meminum susunya serta membuat pakaian juga khemah-khemah daripada kulitnya Apabila sangat terdesak, ditangkapnya binatang-binatang seperti biawak dan tupai. Nampaknya orang-orang badwi juga mengenali sistem tukar menukar iaitu dengan cara menukarkan ternak atau hasil-hasil ternaknya dengan barang-barang keperluan mereka seperti pakaian atau kurma.


Sejarah Arab Jahiliah - Politik

Masyarakat Arab mengamalkan sikap kesukuan di mana mereka cukup berbangga dengan kekuatan suku masing-masing. Setiap kabilah atau suku diketuai oleh sheikh yang di mana ia mestilah berfikiran matang dan petah berhujah. Disebabkan kesukuan yang menebal dalam diri mereka sekaligus menyebabkan banyak pergaduhan dan pertelingkahan serta peperangan seperti yang terjadi antara bani Bakr dengan bani Taghlib iaitu peperangan al-Basus yang tercetus selama 100 tahun seperti yang diceritakan dalam syair Amru bin Kalsum. Bangsa Arab mempunyai banyak suku kaum seperti bani Tamim, Adi, Umaiyah, Hashim, Ghatfan, Huzair dan lain-lain.

Pentadbiran Makkah telah dikuasai oleh Qusai bin Kilab pada tahun 400 Masihi semula setelah kaum Jurhum diusir keluar dari Makkah dalam tempoh masa yang panjang. Maka dengan itu, tanggungjawab diberikan kepada keturunannya untuk menguruskan memberi minuman kepada tetamu haji, menjaga kunci kaabah, serta menerajui pentadbiran Makkah ketika itu seperti Abdul Mutalib iaitu datuk kepada Nabi Muhammad S.A.W telah menjadi pemimpin Makkah dan seterusnya bapa saudaranya Abu Talib. Penjaga kunci kaabah ialah dalam kalangan bani Abdul Dar. Tanggungjawab memberi minuman kepada jemaah haji dilakukan semasa musim haji dan apabila Abdul Mutalib telah mendapat mimpi bahawa beliau disuruh untuk menggali telaga yang sekian lama ditimbus iaitu telaga zamzam, maka air zamzam telah berjaya digali antara tempat sembahan patung yang bernama Isaf dan Nailah dengan tempat-tempat burung menyinggah.

Jikalau golongan badwi mengamalkan sistem politik kabilah, maka golongan hadhari walaupun mempunyai sistem pentadbiran yang lebih tetap dan teratur tetapi sistem politiknya berbagai-bagai ragam. Di selatan lebih cenderung kepada sistem beraja. Di utara pula khasnya di Hirah dan Ghassan lebih kepada sebuah negara naungan Parsi atau Rom. Adapun di Makkah sendiri bercorakan aristokrasi iaitu sekumpulan golongan bangsawan mendominasi pentadbirannya iaitu Quraisy.

Sekadar Gambar Hiasan

Sejarah Arab Jahiliah - Ilmu Pengetahuan

Dari sudut ilmu pengetahuan masyarakat Arab, mereka memiliki kelebihan dalam menghafal salasilah nenek moyang dan mereka pula membahagikan nasab kepada enam tingkat iaitu Sya’ab, Kabilah, Imarah, Batha, Fakhidz dan Fusailah. Maka apabila kita membuat kaedah ini kepada keturunan Nabi Muhammad S.A.W, maka Sya’ab ialah Adnan, Kabilah ialah Rabiah dan Mudhar, Imarah ialah Quraisy dan Kinanah, Batha ialah bani Abdul Manaf dan Abdul Dar, Fakhidz ialah Bani Hasyim dan Fusailah ialah bani Abdul Mutalib. Tidak hairanlah sekiranya kita meneliti sirah Nabi Muhammad S.A.W dari segi keturunannya bersambung nasab kepada pemimpin Quraisy yang sangat berpengaruh iaitu Qusai bin Kilab dan seterusnya kepada Ismail bin Ibrahim a.s bahkan baginda lahir daripada susur galur nasab yang terpelihara daripada kekotoran syirik.

Selain itu, masyarakat Arab biasanya memberikan nama anak dalam pelbagai bentuk seperti berbentuk kemenangan(Ghalib), keuntungan(Sa’ad), berbentuk keras(Hajar) dan nama binatang (Kalbi). Terdapat persitiwa di mana Nabi Muhammad S.A.W menukarkan nama seorang wanita yang memeluk Islam dan menjadi isterinya iaitu Barrah kepada Juwairiyah kerana mendapat nama itu tidak elok. Selain itu, mereka juga menghafal cerita dongeng yang melambangkan kesukuan mereka dan tidak lupa juga menceritakan hal ehwal percintaan seperti yang dinyatakan dalam bab sastera tadi.

Selepas itu, mereka juga mahir dalam ilmu bintang dengan cara mengetahui musim kurma berbuah atau untuk berangkat ke Syam dan Taif. Setiap bintang ada 12 tompok dan setiap tompok ada buruj. Masyarakat zaman ini menggelarkannya sebagai bintang zodiak. Bintang mempunyai dua bahagian iaitu bintang utara sebanyak enam bintang yang bernama mizan(8) iaitu libra, aqrab(21) iaitu scorpion, qus(31) iaitu sagittarius, juddi(28) iaitu capricorn, dalwu(42) iaitu aquarius dan hut(34) iaitu pisces serta bintang selatan sebanyak enam bintang iaitu hamal(13) ialah aries, sir(32) iaitu taurus, jauza’(18) iaitu gemini, sarathan(9) iaitu cancer, asad(27) iaitu leo dan sunbulah(23) iaitu virgo.  Mereka juga mempunyai kemahiran berkuda dan memanah dengan cara memerhatikan bentuk badan dan belangnya.


Friday 22 July 2016

Sejarah Arab Jahiliah : Sastera

Bangsa Arab mahir dalam bidang sastera terutamanya mengubal syair-syair bahkan syair sesiapa
yang paling terbaik akan dipandang tinggi oleh kabilah lain. Syair ini adalah luahan perasaan yang 
dikemukakan oleh penyair mengikut nada yang sesuai. Antara penyair paling terkenal pada zaman 
Jahiliah dikenali sebagai penyair muallaqat kerana kebanyakan syair mereka digantung pada dinding Kaabah ialah Imri Qais bin Hajar, Tharfah bin Al-Abd, Zuhair bin Abi Sulma, Lubaid  bin Rabi’ah, Amru bin Kalsum, Antarah bin Syaddad, dan Al-Harith bin Hilazzah. Terdapat juga penyair-penyair lain selain daripada penyair muallaqat seperti Hadirah Al-Zibyani dan Basyar bin Abi Khazim. Syair kebanyakannya didendangkan ketika berlakunya peristiwa yang penting seperti peperangan, 
percintaan, menunjukkan kebanggaan dan lain-lain. Antara peristiwa yang berlaku sebagai contoh syair Imri Qais yang menceritakan memorinya bersama kekasih yang bernama Unaizah iaitu:

قفانبـك من ذكـرى حبيب منـزل        بسقط اللوى بين الدخول فحومـل

Maksudnya: Cukuplah menangis tentang memori kekasih(mu) dan rumah(mu) # di daerah Siqtil 
Liwa yang di antaranya Al-Dakhul dan Humil...

Terdapat juga syair yang didendangkan untuk memuji pemimpin sesuatu kaum seperti peristiwa Zuhair bin Abi Salma memuji dua pihak yang berdamai selepas peperangan iaitu Haram bin Sinan dengan Harith bin Auf dalam peperangan Dahis dan Ghabra’:

فاقسمت بالبيت الذي طاف حوله        رجال بنوه مـن قريش وجرهـم
يمـيـنـا لنـعـم السيــدان وجـدتـم
  على كـل حال من سحيل ومبرم
تـداركـتمـا عبـسا وذبيـان بعـدما         تفـانوا ودقـوا بينهم عطر منشـم

Maksudnya: Aku bersumpah dengan Kaabah yang ditawaf # oleh anak cucu Quraisy dan Jurhum...
Aku bersumpah bahawa kedua-dua orang adalah pemimpin yang mulia baik  # bagi orang yang lemah mahupun orang yang perkasa... Sesungguhnya mereka berdua telah berkesempatan untuk 
hentikan peperangan antara bani Absin dan Dhubyan # setelah mereka saling berperang antara satu sama lain. 

Namun begitu, penyair tidak hanya didendangkan oleh lelaki sahaja malah terdapat juga penyair
wanita seperti Khansa’ tentang ratapannya terhadap saudaranya Sakhr yang meninggal dunia dalam 
peperangan:

يا عين فيضي بدمع منك مغرا     وابكي لصخر بدمع منك مدرار
إنـي أرقـت فبـت الليـل سـاهرة       كـأنـمـا كحـلـت عيـنـي بـعــوار

Maksudnya: Wahai mataku, cucurilah air matamu dengan deras # tangisilah Shakr dengan deraian 
air matamu... Kutumpahkan (air mata) dan ku lalui malam tanpa tidur # seakan-akan mataku bercelak dengan kebutaan.

Kebanyakan bangsa Arab tidak menulis syair kerana pada masa itu ramai yang umiy. Mereka hanya menghafal dan meriwayatkan syair secara lisan kepada orang lain. Terdapat anasir-anasir syair yang dibuat oleh para penyair antaranya ghazal, madih, hija’, atab, i’tizar, isti’thaf, syafaat dan fakhru sebagaimana yang diceritakan sebelum ini. Namun begitu, terdapat juga prosa Arab selain daripada syair iaitu khitobah, hikam, amsal, wasiat, munafarah, muhawarat, mufakharah, saj’u kihan, rasail, kisah dan wasfu.  Himpunan prosa Arab yang saya boleh selitkan antaranya khutbah yang termasyhur iaitu khutbah Abdul Mutalib datuk Nabi Muhammad S.A.W iaitu:

إن الله تعالى - أيها الملك - أحلك محلا رفيعا، صعبا منيعا، باذخ 
طابت أرومته وعزت جرثومته،  ونبل أصله،  وبسق فرعه،  في أكرم معـدن،  وأطيب 
موطن...... الخ

Maksudnya : Sesungguhnya Allah Taala - wahai raja - aku letakkan kau pada kedudukan yang tinggi,kesusahan yang merintangi, keturunan yang mulia, dan aku menumbuhkan kau sebuah pokok yang panjang tunggulnya, dan kekuatan selnya, dan mulia asal-usulnya, dan tinggi cabangnya, dan semulia- mulia milikan, dan sebaik-baik tempat tinggal..... Sehingga akhir ayat.