Sejarah Warna Warni Kehidupan

Permulaan hidup kita di dunia ibarat kertas putih. Perjalanan hidup kita adalah setitik demi setitik warna yang diukir untuk mencorakkan natijah kehidupan kita.

Pertembungan Antara Hak dengan Batil.

Sejarah membuktikan orang Islam telah berjaya membangunkan tamadun Islam dan terdapat usaha golongan kafir untuk menjatuhkan Islam. Namun, kemenangan berpihak pada Islam.

Hiburan Dari Sudut Islam

Islam tidak melarang umatnya untuk berhibur. Terdapat garis panduan yang telah ditetapkan antaranya kita tidak leka dan lalai untuk menunaikan kewajipan seperti solat dan lain-lain.

Tranformasi Menurut Islam

Hukum Islam sangat sesuai sepanjang zaman apatahlagi kita sekarang menghadapi zaman transformasi. Modus Operandi kita adalah mengembalikan kegemilangan Islam.

Peranan Kefahaman Sejarah Melalui Teknologi

Kebanyakan media dan teknologi dikuasai oleh musuh-musuh Allah untuk menghancurkan Islam. Kuasailah teknologi walaupun sedikit antaranya penghayatan terhadap sejarah Islam.

Tuesday 6 September 2016

Kisah Nabi Muhammad Ketika Kecil

Nabi Muhammad dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah kerana pada saat itu Mekah diserang oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah al-Habasyi. Tujuan penyerangan pasukan gajah Abrahah adalah untuk menghancurkan Ka'bah. Pada saat itu kaum Quraisy tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawan pasukan Abrahah. Kaum Quraisy adalah suku yang paling banyak mendiami kota Makkah.

Pasukan Gajah
Namun di atas kebesaran Allah, Kaabah tetap utuh dan tidak dapat dihancurkan oleh Abrahah. Allah menurunkan burung ababil dari langit untuk menghancurkan pasukan gajah itu. Burung ababil tersebut melemparkan batu-batu yang panas kepada pasukan Abrahah. Seketika itu pula pasukan Abrahah hancur dan Kaabah pun selamat. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al-Fill ayat 1 - 5.

Tidak jauh dari peristiwa penyerangan itu, ibu Nabi Muhammad yang bernama Aminah binti Wahab akan melahirkan puteranya. Pada saat melahirkannya, Aminah tidak terasa sakit seperti yang dirasakan oleh wanita lain melahirkan anaknya. Bayi itu pun lahir dengan tersenyum dan tidak menangis. Selain itu, bayi pun mengisyaratkan jarinya ke atas langit. Setelah itu, Bayi itu pun menelungkupkan mukanya seperti keadaan sujud kepada Allah. Cahaya yang menenteramkan pun hadir menyelimuti proses kelahiran bayi tersebut.

Bayi tersebut diberi nama Muhammad oleh datuknya Abdul Mutalib yang bermaksud terpuji. Sejak kelahirannya, Muhammad tidak sempat melihat ayahnya yang bernama Abdullah. Abdullah meninggal dunia saat Muhammad masih berada di dalam kandungan. Telah menjadi kebiasaan masyarakat Arab pada masa itu untuk menghantarkan bayi yang baru lahir ke kawasan pedalaman. Tujuan bayi itu dihantar ke kawasan pedalaman desa itu adalah supaya bayi itu tumbuh dalam lingkungan yang baik. Salah satunya bayi itu akan hidup dalam lingkungan yang orang-orangnya berbudi bahasa.

Demikianlah bayi yang dihantar ke kawasan pedalaman tidak disusui oleh ibu kandungnya. Namun, bayi tersebut akan disusui oleh perempuan lain. Begitu pula dengan Muhammad. Muhammad akhirnya disusui oleh Halimah as-Sa'diyah seorang wanita dalam kalangan Bani Sa'ad. Halimah as-Sa'diyah merupakan perempuan desa yang keadaan desanya pada waktu itu dilanda kekeringan. Saat desanya kesusahan itulah, Halimah pergi ke Makkah untuk mencari bayi yang dapat disusuinya. Harapan Halimah waktu itu adalah menemukan bayi daripada anak orang kaya yang akan memberikan upah yang banyak.

Setelah mencari ke sana ke mari, Halimah tidak menemukan bayi dalam kalangan orang kaya. Halimah akhirnya menemukan bayi Muhammad. Waktu itu Halimah ragu untuk menyusui Muhammad kerana Muhammad bukanlah anak orang kaya. Bahkan, Muhammad adalah anak yatim. Walaupun datuknya adalah termasuk pemimpin suku Quraisy, namun datuknya tidak mempunyai harta yang melimpah.

Namun, saat menerima bayi Muhammad terjadilah suatu keajaiban. Air susu Halimah yang pada saat itu hampir kering akhirnya penuh dan mengalir dengan deras. Halimah pun akhirnya menerima Muhammad untuk disusuinya. Keajaiban pun berterusan dan tidak berhenti disitu. Saat Halimah akan kembali ke Bani Sa'ad, Halimah mendekati untanya untuk dinaiki. Unta yang pada saat itu terlihat lemah dan tidak bertenaga seketika itu pula menjadi unta yang kuat dan bertenaga. Saat tiba di desanya, keajaiban pun kembali hadir. Desanya yang sudah lama tidak dituruni hujan akhirnya mendapat hujan. Haiwan-haiwan ternakan menjadi gemuk dan sihat.

Bayi Muhammad disusukan oleh Halimah selama dua tahun. Setelah dua tahun, Halimah pun mengembalikan Muhammad kepada ibu kandungnya, Aminah. Dengan berat hati, Halimah mengembalikan Muhammad bahkan Halimah meminta untuk dapat mengurus Muhammad satu tahun lagi. Namun kerana melihat ketulusan dan air mata Halimah, akhirnya Aminah mengabulkan permintaan Halimah. Aminah meminta Halimah untuk mengembalikan Muhammad pada tahun berikutnya.

Pada suatu hari, Muhammad bermain dengan putera Halimah yang merupakan saudara susuannya. Saat bermain, tiba-tiba putera Halimah pulang dalam keadaan ketakutan. Putera Halimah pun menceritakan perihal yang terjadi. Putera Halimah menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang mendatangi Muhammad. Dua orang itu kemudian membaringkan Muhammad dan membelah dadanya. Halimah kemudian bercerita kepada suaminya. Suaminya pun terus mencari Muhammad. Muhammad akhirnya ditemui dalam keadaan sihat walafiat. Muhammad pun menceritakan apa yang telah terjadi. Muhammad menceritakan bahawa ada dua orang lelaki yang membelah dadanya dan mengambil sesuatu dari hatinya kemudian mengembalikannya lagi. Peristiwa tersebut tercacat dalam sejarah dan dikenali dengan "peristiwa pembelahan dada" .  Kedua-dua lelaki  yang membelah dada Muhammad itu adalah malaikat. Malaikat itu mengeluarkan bahagian dari hati manusia yang biasa dihuni oleh syaitan.

Setelah kembali kepada ibunya, Muhammad diasuh dengan kasih sayang. Muhammad tumbuh menjadi anak yang terpuji. Perilakunya sangat berbeza dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Selain ibunya, datuknya pun sangat sayang kepada Muhammad sebagai pengganti anaknya, Abdullah. Pada suatu hari, Muhammad yang berusia 6 tahun diajak oleh ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya. Selain itu, ibunya pun hendak mengenalkan Muhammad kepada saudara-saudaranya. Perjalanan mereka ditemani oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman adalah seorang hamba perempuan. Saat perjalanan pulang, Aminah jatuh sakit. Kerana sakitnya itu, Aminah akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir. Muhammad ketika kecil itu sangat sedih dan tak dapat menahan air matanya. Belum lama Muhammad merasakan kasih sayang ibunya. Kini, ibunya telah kembali ke Rahmatullah. Muhammad menjadi yatim piatu. Ummu Aiman yang pada saat itu menemani Muhammad memeluk Muhammad dan menangis.

Sesampainya di Mekah, Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya sangat menyayangi Muhammad. Kakeknya meratapi nasib Muhammad yang masih kecil sudah mengalami kepedihan yang begitu berat. Abdul Muthalib sangat mengistimewakan Muhammad. Muhammad diasuh dengan kasih sayang yang sangat besar. Namun, Muhammad tidak dapat merasakan kasih sayang kakeknya tersebut dalam waktu yang lama. Kakeknya akhirnya meninggal dunia ketika Muhammad berusia delapan tahun. Kepedihan dan kesedihan pun dirasakan kembali oleh Muhammad kecil. Sepeninggalan kakeknya, Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat mencintai Muhammad seperti anaknya yang lain, bahkan lebih. Begitu pula Fatimah, istri Abu Thalib, beliau pun sangat mencintai Muhammad.

Ketika usianya yang masih muda belia, semangat kerja keras dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusianya bermain dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat membanggakan pamannya dan orang-orang di sekitarnya. Muhammad pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya. Suatu saat diceritakan ketika sedang menggembala kambing, Muhammad mendengar suara hiburan. Beliaupun meminta teman sesama penggembala untuk menjaga ternaknya, sedangkan beliau hendak melihat tempat suara itu. Ternyata, suara hiburan itu berasal dari perta pernikahan. Saat beliau hendak memasuki tempat itu, rasa kantuk yang amat sangat menghinggapinya sehingga beliau tertidur. Allah telah menjaga Muhammad untuk tidak menyaksikan hiburan. Saat terbangun, hiburan itu telah berakhir dan beliau pun kembali ke ternaknya.

Selain membantu Abu Thalib, Muhammad pun sering membantu yang lainnya. Muhammad suatu hari pernah membantu pamannya Abbas untuk memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka'bah. Pamannya waktu itu meminta Muhammad untuk meletakkan sarungnya di pundak agar tidak menghalangi langkah bekerjanya. Namun, Muhammad tidak melakukannya. Dengan demikian, tidak ada seorangpun yang dapat melihat auratnya. Suatu saat Abu Thalib hendak berdagang ke negeri Syam beserta rombongan yang lainnya. Abu Thalib tak kuasa meninggalkan Muhammad. Kemudian, Muhammad pun diajaknya membantu berdagang ke negeri Syam. Selama di perjalanan, keajaiban pun selalu mengikuti para rombongan dagang. Awan selalu menaungi Muhammad ke mana pun Muhammad berjalan. Dengan demikian, Muhammad tidak merasakan panasnya matahari.

Peristiwa tersebut disaksikan oleh seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Bahira merupakan pendeta yang sangat memahami injil dan taurat. Bahira pun sangat paham akan tanda-tanda kehadiran rasul akhir zaman. Bahira kemudian mengundang para rombongan dagang tersebut untuk makan bersamanya. Setelah melihat Muhammad, Bahira mengetahui bahwa ada tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad. Kemudian, Bahira menanyakan perihal Muhammad kepada Abu Thalib.

Bahira kemudian bertanya kepada Abu Thalib. "Siapakah dia?"

Abu Thalib menjawab, "Dia anakku".

"Bukan, dia bukan anakmu, orang tuanya pastilah telah meninggal", kata Bahira.

"Memang benar, ayahnya telah meninggal ketika dia dalam kandungan. Selanjutnya, ibunya juga meninggal dunia," jelas Abu Thalib.

Bahira kembali berkata "Sebaiknya kamu bawa kembali anak ini ke negerimu. Jagalah baik-baik dan waspadalah terhadap orang Yahudi. Sebab, jika orang Yahudi tahu, mereka akan membunuhnya". Abu Thalib pun membawa Muhammad pulang kembali ke Mekah dan menjaganya lebih hati-hati lagi. Abu Thalib yakin bahwa Muhammad mempunyai kelebihan daripada manusia yang lainnya.

Monday 5 September 2016

Nabi Muhammad S.A.W di dalam Kitab Suci

Diceritakan bahawa ketika Abdul Mutalib dan bangsawan-bangsawan Quraisy lain mengunjungi Yaman untuk mengucapkan tahniah kepada Raja Saif Zu-Yazin yang baru saja menewaskan Habshah dengan bantuan Parsi, beliau dikatakan sangat mengagumi kebesaran kerajaan Yaman itu. Tetapi oleh Zu-Yazin, dinyatakannya kepada Abdul Mutalib bahawa apabila diperanakkan seorang anak lelaki dari Tihamah (Makkah), dan di antara dua belikatnya ada syamah (tahi lalat besar yang dikelilingi oleh rambut), maka ia akan menjadi pemimpin besar hingga Hari Kiamat. Di sini Zu-Yazin cuba membayangkan tanda-tanda tentang kedatangan seorang pemimpin besar dari keturunannya sendiri, yang kebetulan tanda-tanda itu secocok dengan cucunya Muhammad yang masih kecil. Ini menyebabkan Abdul Mutalib sujud kerana girang.
Cerita ini sengaja dipetik buat menunjukkan bahawa berita tentang kedatangan seorang manusia agung dari keturunan Abdul Mutalib bukannya tidak diketahui oleh bangsa Arab. Apa lagi jika diselidiki. kitab-kitab Taurat dan Injil, lebih jelaslah cerita-certta tentang Muhammad itu disebutkan. Dalam Taurat misalnya, terdapat ayat: “The Lord came from Sinai, and rose up from Seir unto them; he shined forth from Paran, and he came with 10,000 of Saints” (Book of Deutoronomy 33:2). Ayat ini dengan jelas menerangkan tentang cahaya kebenaran yang memancar dari tiga arah yang berlainan; dari Sinai, Seir dan Paran. Tentang Sinai, yang dimaksudkan ialah pengutusan Nabi Musa as. dengan kitab Tauratnya. Dan Nabi Isa as. dengan kitab Injilnya muncul dari Baitul-laham (Bethlehem). Seir adalah sebuah kota kira-kira 1.5 km dari Bethlehem yang kini dikenali sebagai ‘Bait Shair’, iaitu kota pengembala.
Ada pun tentang Paran, Taurat sendiri mengisahkan perihal Nabi Ibrahim a.s. menempatkan isterinya Hajar serta anaknya Ismail di suatu tempat yang sunyi sepi, iaitu padang pasir Paran (Genesis 21:21). Jadi, berdasarkan Taurat sendiri, Paran merupakan suatu kawasan di Hejaz, kerana di sinilah sebenarnya Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh Ibrahim a.s. Ahli-ahli geografi menegaskan bahawa Paran ialah kawasan yang terdapat di antara gunung di Makkah, iaitu Abu Qubais, Quiqaan dan Hira’. Dalam kalangan sarjana dikatakan bahawa Jabal-Nur itulah sebenarnya gunung Paran setelah datangnya Islam. Tentang 10,000 of Saints’ itu, Prof. David Benjamin Keldani (kini Abdul Ahad Daud) mengatakan bahawa ianya ditujukan kepada jumlah pengikut Muhammad s.a.w. yang menakluki Makkah pada 8 H.
Dari kitab Injil pula, kedatangan Muhammad s.a.w. telah disebut dalam ayat berikut: “For Moses truly said unto the fathers, a prophet shall the Lord your God raise up unto you of your brethren, like unto me; him shall ye hear in all things whatsoever he shall say unto you”. (Acts of Apostles 2:22). Mengenai kalimat “unto you of your brethren’, ianya bermaksud bahawa seorang Nabi yang akan diutus adalah dari kalangan saudara Israel (Yaakob), bukannya dari Bani Israel itu sendiri. Sebenamya Bani Ismaillah saudara Bani Israel tersebut, sebab Ismail adalah saudara tua dari Ishak, bapa kepada Yaakob, dan Nabi Muhammad sendiri memangnya jelas dari keturunan Bani Ismail.
Mengenai kalimat “like unto me” pula, maksudnya ialah bahawa Muhammad menyamai Musa dalam banyak hal. Antaranya:
1.                                  Muhammad dan Musa dilahirkan seperti biasa beribu-bapa, sebaliknya Isa hanya beribu sahaja bahkan diciptakan secara ajaib.
2.                                  Muhammad dan Musa sama-sama berumahtangga dan berkeluarga, sedangkan Isa tetap membujang selama hidupnya.
3.                                  Baik Musa mahupun Muhammad adalah membawa Syariat baru untuk umatnya, sedangkan Isa hanya sekadar menyambung Syariat Musa. Katanya: “Janganlah kamu sangka aku datang untuk merombak Taurat, melainkan hendak menggenapkan” (St. Mathews 5:17).
4.                                  Keturunan Musa dan Muhammad adalah jelas dan pasti; sama-sama dari keturunan Nabi Ibrahim. Sedangkan silsilah Isa pula kabur, apa lagi menurut dogma Kristian, Isa adalah anak Tuhan Bapa.
5.                                  Musa dan Muhammad wafat secara biasa, tetapi Isa menurut dogma Kristian, dibunuh di tiang salib (St. Marks 15:37).
Dengan demikian, jelaslah bahawa Nabi yang dikatakan lahir “dari kalangan saudara-saudara Musa” itu benar-benar ditujukan kepada Muhammad, bukannya Isa. Jelaslah kebenaran Muhammad sendiri sebagai utusan (Rasul) Allah S.W.T. justeru berita tentang kedatangannya telah disebut-sebut dengan jelas dalam Taurat dan Injil, meskipun umat Islam menganggap bahawa isi kandungan kitab-kitab tersebut sudah banyak berubah.
Sebab itulah ketika Muhammad dilahirkan, yang mula-mula meyakini bahawa dialah Nabi yang ditunggu-tunggu ialah kalangan pendita-pendita Nasrani dan Yahudi. Misalnya ketika Muhammad baru berusia 12 tahun, paderi Buhaira sudah pun meyakini bahawa Muhammad itulah bakal Nabi. Sebab itu dia berkata kepada Abi Talib yang datang berdagang ke Sham: “Bawalah kembali anak saudaramu ini, dan jagalah dia dari bahaya kaum Yahudi. Demi Allah, kalau mereka tahu apa yang aku tahu, nescaya mereka apa-apakannya, kerana akan terbit daripadanya urusan yang benar”. Ini menyebabkan Abi Talib bergegas pulang ke Mekah membawa Muhammad.
Dan ketika Muhammad mula-mula menerima wahyu, orang yang pertama menerimanya ialah Waraqah bin Naufal, seorang pendita Nasrani yang alim tentang kitab Injil yang pernah pula menterjemah kitab tersebut ke bahasa Arab. Dikatakan bahawa sewaktu Khadijah, menemui Waraqah, berkatalah Waraqah: “Quddus! Quddus! Demi Tuhan yang menguasai diriku, kalaulah benar katamu wahai Khadijah, maka itulah Namus al-Akbar (Jibril) yang pernah juga datang kepada Musa dulu. Nyatalah bahawa Muhammad suamimu itu adalah Nabi untuk umat ini. Katakanlah kepadanya agar ia tetap tegas”.
Demikian juga ketika Jaafar bin Abi Talib membaca surah Mariam ayat 29-33 di depan Raja Najasyi di Habshah, terkejutlah pembesar-pembesar istana sambil berkata: “Kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Jesus Christ!” Bahkan Raja Najasyi sendiri turut berkata: “Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber yang sama”.
Tentang golongan Yahudi pula, merekalah yang sebenarnya sangat menanti-nantikan kelahiran seorang Nabi baru. Misalnya ketika mereka kalah dalam pertempuran melawan bangsa Arab Yathrib, selalu benar mereka melaung-laungkan: “Sudah sampai masanya seorang Nabi akan diutus. Kami akan mengikut Nabi itu, dan dengan demikian kami akan kuat dan dapat mengalahkan kamu, seperti dalam peperangan Ad dan Iram”. Malangnya sebaik sahaja orang yang dinanti-nantikan itu datang, mereka menolaknya kerana musuh-musuh mereka lebih dahulu menyahut seruan Muhammad, ditambah pula kerana Nabi tersebut bukannya dari bangsa mereka. “Di kala datangnya apa-apa yang telah mereka ketahui itu, mereka kafir dengan dia” (Al-Baqarah: 89). Bagi orang-orang Aus dan Khazraj, pengetahuan mereka tentang Muhammad adalah dari mulut golongan Yahudi juga. Sebab itu apabila mereka diseru oleh Muhammad, mereka berkata: “Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan sampai mereka mendahului kita”.
Bagaimanapun ada juga pemuka Yahudi menyambut seruan Nabi, seperti Abdullah bin Salam misalnya yang pernah berkata: “Aku dengar darihal Nabi Muhammad dan aku kenal sifatnya, dan zamannya yang kami tunggu-tunggu. Tatkala dia sampai ke Madinah, aku bertemu dengannya, lalu aku masuk Islam, dan aku khabarkan kepada bibiku Khalidah, lalu ia masuk Islam, dan sekalian ahli rumahku pun masuk Islam”. Dan terhadap kaum Yahudi, Abdullah menyeru:”Hai kaumkul Takutlah kepada Allah dan berimanlah kepada Nabi Muhammad ini. Demi Allah, kamu sudah tahu yang ia benar pesuruh Allah, sebagaimana tersebut dalam Taurat namanya dan sifatnya”.
Sebenarnya cerita tentang kedatangan Muhammad bukannya diketahui oleh Raja Salt Zu-Yasin dan Raja Najasyi, bahkan juga oleh Heraclius, raja Rom dun Mugaugis, pembesar Rom di Mesir. Tentang Mugaugis misalnya, beliau melayan dengan baik perutusan Nabi kepadanya ketikai termeterainya Perjanjian Hudaibiah pada 6 H. Dengan mengirim berbagai-bagai hadiah, beliau mengakui yang dia percaya tentang kedatangan seorang Nabi. Cumanya dia tersasul kerana disangkanya kedatangannya ialah di Syam!